Assalammu 'alaikun Wr. Wb.
- Pendahuluan
- Ok kawan - kawan sekarang mari kita pelajari apa sih itu Routing OSPF
- Pengertian
- Apa sih routing OSPF itu? Routing OSPF adalah sebuah protokol routing otomatis (Dynamic Routing) yang mampu menjaga, mengatur dan mendistribusikan informasi routing antar network mengikuti setiap perubahan jaringan secara dinamis. ... Dalam operasinya OSPF menggunakan protokol sendiri yaitu protokol 89
- Latar Belakang
- Di tengah pesatnya perkembangan teknologi informasi saat ini, maka semakin dipandang perlu pula tersedianya informasi yang cepat, tepat dan akurat di berbagai bidang kehidupan masyarakat. Pengelolaan data secara manual semakin dirasakan jauh dari efesiensi penanganan informasi yang cepat, tepat dan akurat seperti yang diharapkan. Oleh karena itu, kemudian dicari alternatif terbaik bagi pengelolaan data tersebut. Alternatif yang kemudian muncul dan semakin berkembang pesat saat ini adalah penggunanaan teknologi komputer untuk mengelola data-data tersebut. Apalagi untuk sebuah perusahaan tentunya pemakaian satu atau dua perangkat komputer saja tidak akan mencukupi, oleh karenanya dibutuhkan komputer dalam jumlah yang tidak sedikit. Agar tiap-tiap komputer dalam perusahaan tersebut dapat bertukar/sharing data dengan cepat dan akurat, maka masing-masing komputer ini harus saling terhubung satu sama lain. Untuk menghubungkan satu komputer dengan komputer yang lain, diperlukan pemasangan jaringan komputer yang baik. Di sinilah letak pentingnya pengaturan dan perancangan yang baik dalam pembangunan sebuah jaringan komputer yang aman, efektif dan efesien.
Untuk merancang suatu jaringan yang baik, maka perlu dibuat suatu konfigurasi jaringan yang efesien agar diperoleh hasil pengaksesan tercepat. Metode konfigurasi jaringan yang paling tepat untuk mengatasi permasalahan kecapatan akses adalah metode Open Short Path First (OSPF), karena OSPF memiliki tingkat skalabilitas, reliabilitas, dan kompatibilitas yang tinggi.
- Maksud dan Tujuan
- Dapat memahami lebih dalam tentang routing
- Dapat menkonfigurasi router agar bisa routing OSPF
- Dapat menerapkan fungsi routing OSPF dalam sebuah jaringan
- Jangka Waktu
- kurang dari 30 menit
- Penjelasan
OSPF (OPEN SHORTEST PATH FIRST)
Teknologi
link-state dikembangkan dalam ARPAnet untuk menghasilkan protokol yang
terdistribusi yang jauh lebih baik daripada protokol distance-vector.
Alih-alih saling bertukar jarak (distance) ke tujuan, setiap router
dalam jaringan memiliki peta jaringan yang dapat diperbarui dengan cepat
setelah setiap perubahan topologi. Peta ini digunakan untuk menghitung
route yang lebih akurat daripada menggunakan protokol distance-vector.
Perkembangan teknologi ini akhirnya menghasilkan protokol Open Shortest
Path First (OSPF) yang dikembangkan oleh IETF (Internet Engineering Task
Force) untuk digunakan di Internet. Bahkan sekarang Internet
Architecture Board (IAB) telah merekomendasikan OSPF sebagai pengganti
RIP.
Prinsip link-state routing sangat
sederhana. Sebagai pengganti menghitung route “terbaik” dengan cara
terdistribusi, semua router mempunyai peta jaringan dan menghitung semua
route yang terbaik dari peta ini. Peta jaringan tersebut disimpan dalam
sebuah basis data dan setiap record dalam basis data tersebut
menyatakan sebuah link dalam jaringan. Record-record tersebut dikirimkan
oleh router yang terhubung langsung dengan masing-masing link.
Karena
setiap router perlu memiliki peta jaringan yang menggambarkan kondisi
terakhir topologi jaringan yang lengkap, setiap perubahan dalam jaringan
harus diikuti oleh perubahan dalam basis data link-state yang terletak
di setiap router. Perubahan status link yang dideteksi router akan
mengubah basis data link-state router tersebut, kemudian router
mengirimkan perubahan tersebut ke router-router lain.
Protokol
yang digunakan untuk mengirimkan perubahan ini harus cepat dan dapat
diandalkan. Ini dapat dicapai oleh protokol flooding. Dalam protokol
flooding, pesan yang dikirim adalah perubahan dari basis data serta
nomor urut pesan tersebut. Dengan hanya mengirimkan perubahan basis
data, waktu yang diperlukan untuk pengiriman dan pemrosesan pesan
tersebut lebih sedikit dibandingdengan mengirim seluruh isi basis data
tersebut. Nomor urut pesan diperlukan untuk mengetahui apakah pesan yang
diterima lebih baru daripada yang terdapat dalam basis data. Nomor urut
ini berguna pada kasus link yang putus menjadi tersambung kembali.
Pada
saat terdapat link putus dan jaringan menjadi terpisah, basis data
kedua bagian jaringan tersebut menjadi berbeda. Ketika link yang putus
tersebut hidup kembali, basis data di semua router harus disamakan.
Basis data ini tidak akan kembali sama dengan mengirimkan satu pesan
link-state saja. Proses penyamaan basis data pada router yang
bertetangga disebut sebagai menghidupkan adjacency. Dua buah router
bertetangga disebut sebagai adjacent bila basis data link-state keduanya
telah sama. Dalam proses ini kedua router tersebut tidak saling
bertukar basis data karena akan membutuhkan waktu yang lama.
Proses
menghidupkan adjacency terdiri dari dua fasa.Fasa pertama, kedua router
saling bertukar deskripsi basis data yang merupakan ringkasan dari
basis data yang dimiliki setiap router. Setiap router kemudian
membandingkan deskripsi basis data yang diterima dengan basis data yang
dimilikinya. Pada fasa kedua, setiap router meminta tetangganya untuk
mengirimkan record-record basis data yang berbeda, yaitu bila router
tidak memiliki record tersebut, atau nomor urut record yang dimiliki
lebih kecil daripada yang dikirimkan oleh deskripsi basis data. Setelah
proses ini, router memperbarui beberapa record dan ini kemudian
dikirimkan ke router-router lain melalui protokol flooding.
Protokol
link-state lebih baik daripada protokol distance-vector disebabkan oleh
beberapa hal: waktu yang diperlukan untuk konvergen lebih cepat, dan
lebih penting lagi protokol ini tidak menghasilkan routing loop.
Protokol ini mendukung penggunaan beberapa metrik sekaligus. Throughput,
delay, biaya, dan keandalan adalah metrik-metrik yang umum digunakan
dalam jaringan. Di samping itu protokol ini juga dapat menghasilkan
banyak jalur ke sebuah tujuan. Misalkan router A memiliki dua buah jalur
dengan metrik yang sama ke host B. Protokol dapat memasukkan kedua
jalur tersebut ke dalam forwarding table sehingga router mampu membagi
beban di antara kedua jalur tersebut.
Rancangan OSPF
menggunakan protokol link-state dengan beberapa penambahan fungsi.
Fungsi-fungsi yang ditambahkan antara lain mendukung jaringan
multi-akses, seperti X.25 dan Ethernet, dan membagi jaringan yang besar
mejadi beberapa area.
Telah dijelaskan di atas bahwa
setiap router dalam protokol link-state perlu membentuk adjacency dengan
router tetangganya. Pada jaringan multi-akses, tetangga setiap router
dapat lebih dari satu. Dalam situasi seperti ini, setiap router dalam
jaringan perlu membentuk adjacency dengan semua router yang lain, dan
ini tidak efisien. OSPF mengefisienkan adjacency ini dengan
memperkenalkan konsep designated router dan designated router cadangan.
Semua router hanya perlu adjacent dengan designated router tersebut,
sehingga hanya designated router yang adjacent dengan semua router yang
lain. Designated router cadangan akan mengambil alih fungsi designated
router yang gagal berfungsi.
Langkah pertama dalam
jaringan multi-akses adalah memilih designated router dan cadangannya.
Pemilihan ini dimasukkan ke dalam protokol Hello, protokol dalam OSPF
untuk mengetahui tetangga-tetangga router dalam setiap link. Setelah
pemilihan, baru kemudian router-router membentuk adjacency dengan
designated router dan cadangannya. Setiap terjadi perubahan jaringan,
router mengirimkan pesan menggunakan protokol flooding ke designated
router, dan designated router yang mengirimkan pesan tersebut ke
router-router lain dalam link.
Designated router
cadangan juga mendengarkan pesan-pesan yang dikirim ke designated
router. Jika designated router gagal, cadangannya kemudian menjadi
designated router yang baru serta dipilih designated router cadangan
yang baru. Karena designated router yang baru telah adjacent dengan
router-router lain, tidak perlu dilakukan lagi proses penyamaan basis
data yang membutuhkan waktu yang lama tersebut.

Dalam
jaringan yang besar tentu dibutuhkan basis data yang besar pula untuk
menyimpan topologi jaringan. Ini mengarah kepada kebutuhan memori router
yang lebih besar serta waktu perhitungan route yang lebih lama. Untuk
mengantisipasi hal ini, OSPF menggunakan konsep area dan backbone.
Jaringan dibagi menjadi beberapa area yang terhubung ke backbone. Setiap
area dianggap sebagai jaringan tersendiri dan router-router di dalamnya
hanya perlu memiliki peta topologi jaringan dalam area tersebut.
Router-router yang terletak di perbatasan antar area hanya mengirimkan
ringkasan dari link-link yang terdapat dalam area dan tidak mengirimkan
topologi area satu ke area lain. Dengan demikian, perhitungan route
menjadi lebih sederhana.
Kesederhanaan vs. Kemampuan
Kita
sudah lihat sepintas bagaimana RIP dan OSPF bekerja. Setiap protokol
routing memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Protokol RIP
sangat sederhana dan mudah diimplementasikan tetapi dapat menimbulkan
routing loop. Protokol OSPF merupakan protokol yang lebih rumit dan
lebih baik daripada RIP tetapi membutuhkan memori dan waktu CPU yang
besar.
Di berbagai tempat juga terdapat yang
menggunakan gabungan antara routing statik, RIP, RIP-v2, dan OSPF.
Hasilnya di jaringan ini menunjukkan bahwa administrasi routing statik
jauh lebih memakan waktu dibanding routing dinamik. Pengamatan pada
protokol routing dinamik juga menunjukkan bahwa RIP menggunakan
bandwidth yang lebih besar daripada OSPF dan semakin besar jaringan,
bandwidth yang digunakan RIP bertambah lebih besar pula. Jadi, jika Anda
sedang mendesain jaringan TCP/IP yang besar tentu OSPF merupakan
pilihan protokol routing yang tepat
Tahapan dalam membentuk adjacency
Pada
saat baru pertama ON, router OSPF tidak tahu apapun tentang
tetangganya, router akan mulai mengirimkan paket Hello ke seluruh
interface jaringan untuk memperkenalkan dirinya. Jika router yang baru
ON ini menerima paket hello yang menyimpan informasi tentang dirinya
maka router ini dapat saling berhubungan dua arah dengan router pengirim
hello, Default nilai hello pada broadcast multi-access adalah 10 detik
dan 40 detik jika tidak ada respon akan mati, dan pada NBMA hello 30
detik dan akan mati pada 120 detik jika tidak terdapat respon.
Down : router tidak dapat hello packet dari router manapun
Attempt
: router mengirimkan hello packet tetapi belum mendapat respon, hanya
ada pada tipe NT non broadcast multi-access (NBMA) dan tidak ada respon
dari router lain.
Init : router mendapatkan hello packet dari router lain, tetapi belum terbentuk hubungan yang bidirectional (2 way)
2
way : pada tahap ini hubungan antar router sudah bi-directional, untuk
NT broadcast DR & BDR nya akan melanjutkan ke tahap full, router non
DR & BDR akan melanjutkan Full hanya dengan DR & BDR saja
Exstart : terjadi pemilihan Master dan Slave, master adalah router yang memiliki router id tertinggi
exchange
: terjadi pertukaran Database Descriptor (DBD) paket DBD ini
digambarkan dari topologi DB router, proses dimulai oleh master
Loading
: router akan memeriksa DBD dari router lain dan apabila ada entry yang
tidak diketahui maka router akan mengira link state request (LSR) , LSR
akan dibales dengan link state state ACK dan link state reply, diakhir
tahap ini semua router yang di adjacent memiliki topologi DB yang sama
Full : masing-masing router sudah membentuk hubungan yang adjancent.
Pemilihan DR & BDR
Dalam jaringan multi
akses router-router akan memilih DR (designated router) dan BDR(Backup
designated router) dan berusaha adjencent dengan kedua router tersebut.
Router Priority
Router ID
Router priority diset per interface nilainya 0-255
Router (config-if)# IP OSPF priority [0-255]
Router
mempunyai priority 0 tidak akan menjadi DR/BDR, statusnya DROTHER,
semakin besar priority semakin besar kemungkinan dipilih menjadi BR
(Priority paling tinggi) dan BDR (kedua paling tinggi / slave)
Setting nya oleh administrator, sesuai yang mana dulu routernya UP
Apabila priority router sama maka yang digunakan untuk menentukan DR/BDR adalah Router ID
Pada
tiap NT non broadcast (ex : Frame Relay) router yang menjadi DR adalah
router yang memiliki link ke semua router yang lain (mutipoint) Jika
terjadi DR & BDR mati maka router-router akan mengadakan pemilihan
untuk menggantikan router yang mati tersebut. Proses floading adalah
router dengan paket LSA harus meneruskan paket ke semua jaringan, dan
memasukkan informasi LSA dalam databasenya , jika paket data yang
diterima tidak baru maka akan di drop, disebut floading karena
seolah-olah membanjiri jaringan dengan LSA (link state advertisement)
Setiap kali BD linkstate router berubah, router kembali perlu menghitung
rute terbaik dan membentuk table routing terbaru, dengan biaya terendah
dan shortest path terpendek
OSPF Routing Protocol Untuk Jaringan Lokal
Kekuatan
dari OSPF ada pada sistem hirarkinya yang diterapkan dalam sistem area.
Penyebaran informasi routing menjadi lebih teratur dan juga mudah untuk
di-troubleshooting.
Langkah pertama yang harus
dilakukan oleh OSPF adalah membentuk komunikasi dengan para router
tetangganya. Tujuannya adalah agar informasi apa yang belum diketahui
oleh router tersebut dapat diberi tahu oleh router tetangganya.
Begitu
pula router tetangga tersebut juga akan menerima informasi dari router
lain yang bertindak sebagai tetangganya. Sehingga pada akhirnya seluruh
informasi yang ada dalam sebuah jaringan dapat diketahui oleh semua
router yang ada dalam jaringan tersebut. Kejadian ini sering disebut
dengan istilah Convergence.
Setelah router membentuk komunikasi
dengan para tetangganya, maka proses pertukaran informasi routing
berlangsung dengan menggunakan bantuan beberapa paket khusus yang
bertugas membawa informasi routing tersebut. Paket-paket tersebut sering
disebut dengan istilah Link State Advertisement packet (LSA packet).
Selain dari hello packet, routing protokol OSPF juga sangat bergantung
kepada paket jenis ini untuk dapat bekerja.
OSPF memang
memiliki sistem update informasi routing yang cukup teratur dengan
rapi. Teknologinya menentukan jalur terpendek dengan algoritma Shortest
Path First (SPF) juga sangat hebat. Meskipun terbentang banyak jalan
menuju ke sebuah lokasi, namun OSPF dapat menentukan jalan mana yang
paling baik dengan sangat tepat. Sehingga komunikasi data Anda menjadi
lancar dan efisien.
Namun ada satu lagi keunggulan OSPF, yaitu
konsep jaringan hirarki yang membuat proses update informasinya lebih
termanajemen dengan baik. Dalam menerapkan konsep hirarki ini, OSPF
menggunakan pembagian jaringan berdasarkan konsep area-area. Pembagian
berdasarkan area ini yang juga merupakan salah satu kelebihan OSPF.
Untuk Apa Konsep Area dalam OSPF?
OSPF
dibuat dan dirancang untuk melayani jaringan lokal berskala besar.
Artinya OSPF haruslah memiliki nilai skalabilitas yang tinggi, tidak
mudah habis atau “mentok” karena jaringan yang semakin diperbesar. Namun
nyatanya pada penerapan OSPF biasa, beberapa kejadian juga dapat
membuat router OSPF kewalahan dalam menangani jaringan yang semakin
membesar. Router OSPF akan mencapai titik kewalahan ketika:
Semakin
membesarnya area jaringan yang dilayaninya akan semakin banyak
informasi yang saling dipertukarkan. Semakin banyak router yang perlu
dilayani untuk menjadi neighbour dan adjacence. Dan semakin banyak pula
proses pertukaran informasi routing terjadi. Hal ini akan membuat router
OSPF membutuhkan lebih banyak sumber memory dan processor. Jika router
tersebut tidak dilengkapi dengan memory dan processor yang tinggi, maka
masalah akan terjadi pada router ini.
Topology table akan semakin
membesar dengan semakin besarnya jaringan. Topology table memang harus
ada dalam OSPF karena OSPF termasuk routing protocol jenis Link State.
Topology table menrupakan tabel kumpulan informasi state seluruh link
yang ada dalam jaringan tersebut. Dengan semakin membesarnya jaringan,
maka topology table juga semakin membengkak besarnya. Pembengkakan ini
akan mengakibatkan router menjadi lama dalam menentukan sebuah jalur
terbaik yang akan dimasukkan ke routing table. Dengan demikian, performa
forwarding data juga menjadi lamban.
Topology table yang semakin
membesar akan mengakibatkan routing table semakin membesar pula. Routing
table merupakan kumpulan informasi rute menuju ke suatu lokasi
tertentu. Namun, rute-rute yang ada di dalamnya sudah merupakan rute
terbaik yang dipilih menggunakan algoritma Djikstra. Routing table yang
panjang dan besar akan mengakibatkan pencarian sebuah jalan ketika ingin
digunakan menjadi lambat, sehingga proses forwarding data juga semakin
lambat dan menguras tenaga processor dan memory. Performa router menjadi
berkurang.
Bagaimana Konsep Area Dapat Mengurangi Masalah?
Ketika
sebuah jaringan semakin membesar dan membesar terus, routing protokol
OSPF tidak efektif lagi jika dijalankan dengan hanya menggunakan satu
area saja. Seperti telah Anda ketahui, OSPF merupakan routing protokol
berjenis Link State. Maksudnya, routing protokol ini akan mengumpulkan
data dari status-status setiap link yang ada dalam jaringan OSPF
tersebut.
Apa jadinya jika jaringan OSPF tersebut
terdiri dari ratusan bahkan ribuan link di dalamnya? Tentu proses
pengumpulannya saja akan memakan waktu lama dan resource processor yang
banyak. Setelah itu, proses penentuan jalur terbaik yang dilakukan OSPF
juga menjadi sangat lambat.
Berdasarkan limitasi inilah
konsep area dibuat dalam OSPF. Tujuannya adalah untuk mengurangi jumlah
link-link yang dipantau dan dimonitor statusnya agar penyebaran
informasinya menjadi cepat dan efisien serta tidak menjadi rakus akan
tenaga processing dari perangkat router yang menjalankannya.
Bagaimana Informasi Link State Disebarkan?
Untuk
menyebarkan informasi Link State ke seluruh router dalam jaringan, OSPF
memiliki sebuah sistem khusus untuk itu. Sistem ini sering disebut
dengan istilah Link State Advertisement (LSA). Dalam menyebarkan
informasi ini, sistem LSA menggunakan paket-paket khusus yang membawa
informasi berupa status-status link yang ada dalam sebuah router. Paket
ini kemudian dapat tersebar ke seluruh jaringan OSPF. Semua informasi
link yang ada dalam router dikumpulkan oleh proses OSPF, kemudian
dibungkus dengan paket LSA ini dan kemudian dikirimkan ke seluruh
jaringan OSPF.
OSPF menggunakan protokol routing link -state, dengan karakteristik sebagai berikut:
Protokol routing link-state.
Merupakan open standard protocol routing yang dijelaskan di RFC 2328. Menggunakan algoritma SPF untuk menghitung cost terendah.
Update routing dilakukan secara floaded saat terjadi perubahan topologi jaringan.
OSPF
adalah linkstate protokol dimana dapat memelihara rute dalam dinamik
network struktur dan dapat dibangun beberapa bagian dari subnetwork.
OSPF lebih effisien daripada RIP.
Antara RIP dan OSPF menggunakan di dalam Autonomous System ( AS ).
Menggunakan protokol broadcast.
Paket LSA
Seperti
telah dijelaskan di atas, paket LSA di dalamnya akan berisi informasi
seputar link-link yang ada dalam sebuah router dan statusnya
masing-masing. Paket LSA ini kemudian disebarkan ke router-router lain
yang menjadi neighbour dari router tersebut. Setelah informasi sampai ke
router lain, maka router tersebut juga akan menyebarkan LSA miliknya ke
router pengirim dan ke router lain.
Pertukaran paket
LSA ini tidak terjadi hanya pada saat awal terbentuknya sebuah jaringan
OSPF, melainkan terus menerus jika ada perubahan link status dalam
sebuah jaringan OSPF. Namun, LSA yang disebarkan kali pertama tentu
berbeda dengan yang disebarkan berikutnya. Karena LSA yang pertama
merupakan informasi yang terlengkap seputar status dari link-link dalam
jaringan, sedangkan LSA berikutnya hanyalah merupakan update dari
perubahan status yang terjadi.
Paket-paket LSA juga
dibagi menjadi beberapa jenis. Pembagian ini dibuat berdasarkan
informasi yang terkandung di dalamnya dan untuk siapa LSA ini ditujukan.
Untuk membedakan jenisjenisnya ini, OSPF membagi paket LSA nya menjadi
tujuh tipe. Masing-masing tipe memiliki kegunaannya masing-masing dalam
membawa informasi Link State. Anda dapat melihat kegunaan masing-masing
paket pada tabel “Tipe-tipe LSA packet”.
Tipe-Tipe Router OSPF
Seperti
telah Anda ketahui, OSPF menggunakan konsep area dalam menjamin agar
penyebaran informasi tetap teratur baik. Dengan adanya sistem area-area
ini, OSPF membedakan lagi tipe-tipe router yang berada di dalam
jaringannya. Tipe-tipe router ini dikategorikan berdasarkan letak dan
perannya dalam jaringan OSPF yang terdiri dari lebih dari satu area. Di
mana letak sebuah router dalam jaringan OSPF juga sangat berpengaruh
terhadap fungsinya. Jadi dengan demikian, selain menunjukkan lokasi di
mana router tersebut berada, nama-nama tipe router ini juga akan
menunjukkan fungsinya. Berikut ini adalah beberapa tipe router OSPF
berdasarkan letaknya dan juga sekaligus fungsinya:
1. Internal Router
Router
yang digolongkan sebagai internal router adalah router-router yang
berada dalam satu area yang sama. Router-router dalam area yang sama
akan menanggap router lain yang ada dalam area tersebut adalah internal
router. Internal router tidak memiliki koneksi-koneksi dengan area lain,
sehingga fungsinya hanya memberikan dan menerima informasi dari dan ke
dalam area tersebut. Tugas internal router adalah me-maintain database
topologi dan routing table yang akurat untuk setiap subnet yang ada
dalam areanya. Router jenis ini melakukan flooding LSA informasi yang
dimilikinya ini hanya kepada router lain yang dianggapnya sebagai
internal router.
2. Backbone Router
Salah
satu peraturan yang diterapkan dalam routing protokol OSPF adalah
setiap area yang ada dalam jaringan OSPF harus terkoneksi dengan sebuah
area yang dianggap sebagai backbone area. Backbone area biasanya
ditandai dengan penomoran 0.0.0.0 atau sering disebut dengan istilah
Area 0. Router-router yang sepenuhnya berada di dalam Area 0 ini dinamai
dengan istilah backbone router. Backbone router memiliki semua
informasi topologi dan routing yang ada dalam jaringan OSPF tersebut.
3. Area Border Router (ABR)
Sesuai
dengan istilah yang ada di dalam namanya “Border”, router yang
tergolong dalam jenis ini adalah router yang bertindak sebagai
penghubung atau perbatasan. Yang dihubungkan oleh router jenis ini
adalah area-area yang ada dalam jaringan OSPF. Namun karena adanya
konsep backbone area dalam OSPF, maka tugas ABR hanyalah melakukan
penyatuan antara Area 0 dengan area-area lainnya. Jadi di dalam sebuah
router ABR terdapat koneksi ke dua area berbeda, satu koneksi ke area 0
dan satu lagi ke area lain. Router ABR menyimpan dan menjaga informasi
setiap area yang terkoneksi dengannya. Tugasnya juga adalah menyebarkan
informasi tersebut ke masing-masing areanya. Namun, penyebaran informasi
ini dilakukan dengan menggunakan LSA khusus yang isinya adalah
summarization dari setiap segment IP yang ada dalam jaringan tersebut.
Dengan adanya summary update ini, maka proses pertukaran informasi
routing ini tidak terlalu memakan banyak resource processing dari router
dan juga tidak memakan banyak bandwidth hanya untuk update ini.
4. Autonomous System Boundary Router (ASBR)
Sekelompok
router yang membentuk jaringan yang masih berada dalam satu hak
administrasi, satu kepemilikan, satu kepentingan, dan dikonfigurasi
menggunakan policy yang sama, dalam dunia jaringan komunikasi data
sering disebut dengan istilah Autonomous System (AS). Biasanya dalam
satu AS, router-router di dalamnya dapat bebas berkomunikasi dan
memberikan informasi. Umumnya, routing protocol yang digunakan untuk
bertukar informasi routing adalah sama pada semua router di dalamnya.
Jika menggunakan OSPF, maka semuanya tentu juga menggunakan OSPF.
Namun,
ada kasus-kasus di mana sebuah segmen jaringan tidak memungkinkan untuk
menggunakan OSPF sebagai routing protokolnya. Misalkan kemampuan router
yang tidak memadai, atau kekurangan sumber daya manusia yang paham akan
OSPF, dan banyak lagi. Oleh sebab itu, untuk segmen ini digunakanlah
routing protocol IGP (Interior Gateway Protocol) lain seperti misalnya
RIP. Karena menggunakan routing protocol lain, maka oleh jaringan OSPF
segmen jaringan ini dianggap sebagai AS lain.
Untuk
melayani kepentingan ini, OSPF sudah menyiapkan satu tipe router yang
memiliki kemampuan ini. OSPF mengategorikan router yang menjalankan dua
routing protokol di dalamnya, yaitu OSPF dengan routing protokol IGP
lainnya seperti misalnya RIP, IGRP, EIGRP, dan IS-IS, kemudian keduanya
dapat saling bertukar informasi routing, disebut sebagai Autonomous
System Border Router (ASBR).
Router ASBR dapat
diletakkan di mana saja dalam jaringan, namun yang pasti router tersebut
haruslah menjadi anggota dari Area 0-nya OSPF. Hal ini dikarenakan data
yang meninggalkan jaringan OSPF juga dianggap sebagai meninggalkan
sebuah area. Karena adanya peraturan OSPF yang mengharuskan setiap area
terkoneksi ke backbone area, maka ASBR harus diletakkan di dalam
backbone area.
Jenis Area dalam OSPF
Setelah
membagi-bagi jaringan menjadi bersistem area dan membagi router-router
di dalamnya menjadi beberapa jenis berdasarkan posisinya dalam sebuah
area, OSPF masih membagi lagi jenis-jenis area yang ada di dalamnya.
Jenis-jenis area OSPF ini menunjukkan di mana area tersebut berada dan
bagaimana karakteristik area tersebut dalam jaringan. Berikut ini adalah
jenis-jenis area dalam OSPF:
1. Backbone Area
Backbone
area adalah area tempat bertemunya seluruh area-area lain yang ada
dalam jaringan OSPF. Area ini sering ditandai dengan angka 0 atau
disebut Area 0. Area ini dapat dilewati oleh semua tipe LSA kecuali LSA
tipe 7 yang sudah pasti akan ditransfer menjadi LSA tipe 5 oleh ABR.
2. Standar Area
Area
jenis ini merupakan area-area lain selain area 0 dan tanpa disertai
dengan konfigurasi apapun. Maksudnya area ini tidak dimodifikasi
macam-macam. Semua router yang ada dalam area ini akan mengetahui
informasi Link State yang sama karena mereka semua akan saling membentuk
adjacent dan saling bertukar informasi secara langsung. Dengan
demikian, semua router yang ada dalam area ini akan memiliki topology
database yang sama, namun routing table-nya mungkin saja berbeda.
3. Stub Area
Stub
dalam arti harafiahnya adalah ujung atau sisi paling akhir. Istilah ini
memang digunakan dalam jaringan OSPF untuk menjuluki sebuah area atau
lebih yang letaknya berada paling ujung dan tidak ada cabang-cabangnya
lagi. Stub area merupakan area tanpa jalan lain lagi untuk dapat menuju
ke jaringan dengan segmen lain. Area jenis ini memiliki karakteristik
tidak menerima LSA tipe 4 dan 5. Artinya adalah area jenis ini tidak
menerima paket LSA yang berasal dari area lain yang dihantarkan oleh
router ABR dan tidak menerima paket LSA yang berasal dari routing
protokol lain yang keluar dari router ASBR (LSA tipe 4 dan 5). Jadi
dengan kata lain, router ini hanya menerima informasi dari router-router
lain yang berada dalam satu area, tidak ada informasi routing baru di
router. Namun, yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana area
jenis ini dapat berkomunikasi dengan dunia luar kalau tidak ada
informasi routing yang dapat diterimanya dari dunia luar. Jawabannya
adalah dengan menggunakan default route yang akan bertugas menerima dan
meneruskan semua informasi yang ingin keluar dari area tersebut. Dengan
default route, maka seluruh traffic tidak akan dibuang ke mana-mana
kecuali ke segmen jaringan di mana IP default route tersebut berada.
4. Totally Stub Area
Mendengar
namanya saja, mungkin Anda sudah bisa menangkap artinya bahwa area
jenis ini adalah stub area yang lebih diperketat lagi perbatasannya.
Totally stub area tidak akan pernah menerima informasi routing apapun
dari jaringan di luar jaringan mereka. Area ini akan memblokir LSA tipe
3, 4, dan 5 sehingga tidak ada informasi yang dapat masuk ke area ini.
Area jenis ini juga sama dengan stub area, yaitu mengandalkan default
route untuk dapat menjangkau dunia luar.
5. Not So Stubby Area (NSSA)
Stub
tetapi tidak terlalu stub, itu adalah arti harafiahnya dari area jenis
ini. Maksudnya adalah sebuah stub area yang masih memiliki kemampuan
spesial, tidak seperti stub area biasa. Kemampuan spesial ini adalah
router ini masih tetap mendapatkan informasi routing namun tidak
semuanya. Informasi routing yang didapat oleh area jenis ini adalah
hanya external route yang diterimanya bukan dari backbone area.
Maksudnya adalah router ini masih dapat menerima informasi yang berasal
dari segmen jaringan lain di bawahnya yang tidak terkoneksi ke backbone
area. Misalnya Anda memiliki sebuah area yang terdiri dari tiga buah
router. Salah satu router terkoneksi dengan backbone area dan koneksinya
hanya berjumlah satu buah saja. Area ini sudah dapat disebut sebagai
stub area. Namun nyatanya, area ini memiliki satu segmen jaringan lain
yang menjalankan routing protokol RIP misalnya. Jika Anda masih
mengonfigurasi area ini sebagai Stub area, maka area ini tidak menerima
informasi routing yang berasal dari jaringan RIP. Namun konfigurasilah
dengan NSSA, maka area ini bisa mengenali segmen jaringan yang dilayani
RIP.
Perbandingan RIP dan OSPF
Komentar
Posting Komentar